Menteri Pertahanan Korea Utara dikabarkan dihukum mati dengan cara ditembak menggunakan senjata anti-serangan udara sebagai ganjaran karena tertidur dalam sebuah acara resmi yang dihadiri pemimpin negeri itu, Kim Jong Un.
Hyon Yong Chol (66) didakwa melakukan pengkhianatan setelah menunjukkan "rasa tidak hormat" kepada Kim Jong Un dalam sebuah acara militer. Kabar ini disampaikan Dinas Intelijen Korea Selatan (NIS) kepada para politisi dalam sebuah rapat di parlemen.
NIS mengatakan, eksekusi terhadap Hyon Yong Chol disaksikan ratusan pejabat tinggi militer pada akhir April lalu. Eksekusi hukuman mati itu dilakukan di sebuah lapangan di pusat pelatihan militer Kanggon, sebelah utara Pyongyang.
Kantor berita Korea Selatan, Yonhap, mengabarkan, Yong Chol dieksekusi dengan cara ditembak menggunakan senjata anti-serangan udara.
Sementara itu, Komite HAM untuk Korea Utara (HRNK) yang berbasis di AS meyakini, eksekusi terhadap Yong Chol menggunakan enam senjata anti-serangan udara, ZPU-4.
Senjata itu, kata HRNK, merupakan senjata yang sangat kuat yang memiliki jangkauan hingga 8.000 meter. Namun, untuk keperluan eksekusi itu, senjata tersebut hanya ditembakkan dari jarak 30 meter.
HRNK bahkan memublikasikan sejumlah citra satelit yang diklaim menunjukkan area tempat para pejabat tinggi Korea Utara menyaksikan eksekusi itu.
Hyon Yong Chol, yang belum genap setahun menduduki jabatannya itu, juga diyakini pernah menyuarakan keluhan terhadap Kim Jong Un, dan beberapa kali mengabaikan perintah sang pemimpin.
Dia ditahan pada akhir April dan dieksekusi hanya tiga hari setelah penangkapannya, tanpa melalui proses hukum, menurut keterangan NIS.
Kabar ini muncul setelah NIS pada bulan lalu menyebut Kim Jong Un memerintahkan eksekusi mati terhadap 15 pejabat tinggi pada tahun ini sebagai ganjaran karena telah menentang kekuasaannya.
Kantor berita Yonhap, mengutip keterangan NIS, menyebut setidaknya 70 pejabat tinggi Korea Utara sudah dieksekusi sejak Kim Jong Un berkuasa pada 2011.
Salah satu eksekusi mati paling mencolok adalah ketika Kim Jong Un memerintahkan eksekusi terhadap pamannya, Jang Song Taek, yang kala itu dianggap sosok kedua paling berkuasa di Korea Utara.
Jang Song Taek dieksekusi setelah dituduh menjadi pengkhianat dan dituding menjalani hidup yang tak benar karena kerap menggunakan obat terlarang, bermain perempuan, dan berjudi.
Hyon Yong Chol (66) didakwa melakukan pengkhianatan setelah menunjukkan "rasa tidak hormat" kepada Kim Jong Un dalam sebuah acara militer. Kabar ini disampaikan Dinas Intelijen Korea Selatan (NIS) kepada para politisi dalam sebuah rapat di parlemen.
NIS mengatakan, eksekusi terhadap Hyon Yong Chol disaksikan ratusan pejabat tinggi militer pada akhir April lalu. Eksekusi hukuman mati itu dilakukan di sebuah lapangan di pusat pelatihan militer Kanggon, sebelah utara Pyongyang.
Kantor berita Korea Selatan, Yonhap, mengabarkan, Yong Chol dieksekusi dengan cara ditembak menggunakan senjata anti-serangan udara.
Sementara itu, Komite HAM untuk Korea Utara (HRNK) yang berbasis di AS meyakini, eksekusi terhadap Yong Chol menggunakan enam senjata anti-serangan udara, ZPU-4.
Senjata itu, kata HRNK, merupakan senjata yang sangat kuat yang memiliki jangkauan hingga 8.000 meter. Namun, untuk keperluan eksekusi itu, senjata tersebut hanya ditembakkan dari jarak 30 meter.
HRNK bahkan memublikasikan sejumlah citra satelit yang diklaim menunjukkan area tempat para pejabat tinggi Korea Utara menyaksikan eksekusi itu.
Hyon Yong Chol, yang belum genap setahun menduduki jabatannya itu, juga diyakini pernah menyuarakan keluhan terhadap Kim Jong Un, dan beberapa kali mengabaikan perintah sang pemimpin.
Dia ditahan pada akhir April dan dieksekusi hanya tiga hari setelah penangkapannya, tanpa melalui proses hukum, menurut keterangan NIS.
Kabar ini muncul setelah NIS pada bulan lalu menyebut Kim Jong Un memerintahkan eksekusi mati terhadap 15 pejabat tinggi pada tahun ini sebagai ganjaran karena telah menentang kekuasaannya.
Kantor berita Yonhap, mengutip keterangan NIS, menyebut setidaknya 70 pejabat tinggi Korea Utara sudah dieksekusi sejak Kim Jong Un berkuasa pada 2011.
Salah satu eksekusi mati paling mencolok adalah ketika Kim Jong Un memerintahkan eksekusi terhadap pamannya, Jang Song Taek, yang kala itu dianggap sosok kedua paling berkuasa di Korea Utara.
Jang Song Taek dieksekusi setelah dituduh menjadi pengkhianat dan dituding menjalani hidup yang tak benar karena kerap menggunakan obat terlarang, bermain perempuan, dan berjudi.
Beberapa Cara Eksekusi Hukuman Mati di Korea Utara
Akibat tertidur dalam sebuah acara kenegaraan yang dihadiri pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, Menteri Pertahanan Hyon Yong Chol harus menerima nasib dijatuhi hukuman mati.
Adapun cara yang digunakan Kim Jong Un untuk mengeksekusi Yong Chol juga tak lazim, yaitu menggunakan enam senjata antipesawat udara dan disaksikan puluhan petinggi negara.
Namun, menjatuhkan hukuman mati dengan cara "unik" tampaknya sudah menjadi kebiasaan Kim Jong Un. Sejak dia berkuasa pada 2011, sudah puluhan pejabat negeri itu dijatuhi hukuman mati, termasuk sang paman Jang Song Taek.
Berikut beberapa metode hukuman mati yang kerap digunakan di Korea Utara pada masa pemerintahan Kim Jong Un.
1. Ditembak pasukan bersenjata mesin
Jang Song Taek adalah paman sekaligus mentor politik Kim Jong Un. Pria ini bahkan dianggap sebagai orang kedua yang paling berkuasa di Korea Utara.
Namun, kedua status itu ternyata tak cukup bagi Jang Song Taek untuk menyelamatkan nyawanya. Setelah dituduh berkhianat, Paman Jang dieksekusi di hadapan regu tembak bersenapan mesin pada Desember 2013.
Selain dituduh berkhianat, Song Taek juga dituding melakukan korupsi, mengejar gaya hidup kapitalis, dan menghabiskan uang 3 juta poundsterling di meja judi pada 2009.
2. Eksekusi mati dengan cara diracun
Setelah Jang Song Taek dieksekusi, kabarnya sang istri, yang juga adalah bibi Kim Jong Un, merasa marah dengan keputusan keponakannya itu.
Selama beberapa lama Kim Kyong Hui (68) menghilang dari muka publik dan dikabarkan meninggal dunia akibat stroke yang dideritanya. Perempuan itu mengalami stroke setelah pada Mei 2014 berdebat dengan Kim Jong Un terkait eksekusi suaminya.
Namun, awal bulan ini seorang pembelot Korea Utara mengklaim bahwa Kyong Hui meninggal dunia akibat diracuni, setelah dia mengajukan protes terkait kematian suaminya.
Selain membunuh Kyong Hui, Kim Jong Un kabarnya juga memerintahkan agar semua sisa keluarga Jang Song Taek, sekitar tujuh orang, dieksekusi mati.
3. Dibakar hidup-hidup
Cara ini kabarnya digunakan dalam eksekusi Wakil Menteri Keamanan Publik O Sang Hon, yang diketahui sebagai orang dekat Jang Song Taek.
O Sang Hong dieksekusi karena dikabarkan menjalankan perintah Jang Song Taek dalam mengubah fungsi sebuah departemen pemerintah.
4. Ditembak mortir
Seorang wakil menteri angkatan darat dieksekusi dengan cara ditembak dengan menggunakan mortir karena dikabarkan mabuk dan berpesta pora pada masa berkabung setelah wafatnya Kim Jong Il pada 2011.
Sejumlah sumber di Seoul, Korea Selatan, mengatakan, Kim Jong Un saat itu memerintahkan agar sang wakil menteri dieksekusi hingga tak ada bagian tubuhnya yang tersisa.
Saat eksekusi digelar, Kim Chol, nama menteri itu, diperintahkan berdiri di sebuah titik sasaran tembak mortir. Setelah tembakan dilakukan, tubuh Kin Chol benar-benar lenyap.
Adapun cara yang digunakan Kim Jong Un untuk mengeksekusi Yong Chol juga tak lazim, yaitu menggunakan enam senjata antipesawat udara dan disaksikan puluhan petinggi negara.
Namun, menjatuhkan hukuman mati dengan cara "unik" tampaknya sudah menjadi kebiasaan Kim Jong Un. Sejak dia berkuasa pada 2011, sudah puluhan pejabat negeri itu dijatuhi hukuman mati, termasuk sang paman Jang Song Taek.
Berikut beberapa metode hukuman mati yang kerap digunakan di Korea Utara pada masa pemerintahan Kim Jong Un.
1. Ditembak pasukan bersenjata mesin
Jang Song Taek adalah paman sekaligus mentor politik Kim Jong Un. Pria ini bahkan dianggap sebagai orang kedua yang paling berkuasa di Korea Utara.
Namun, kedua status itu ternyata tak cukup bagi Jang Song Taek untuk menyelamatkan nyawanya. Setelah dituduh berkhianat, Paman Jang dieksekusi di hadapan regu tembak bersenapan mesin pada Desember 2013.
Selain dituduh berkhianat, Song Taek juga dituding melakukan korupsi, mengejar gaya hidup kapitalis, dan menghabiskan uang 3 juta poundsterling di meja judi pada 2009.
2. Eksekusi mati dengan cara diracun
Setelah Jang Song Taek dieksekusi, kabarnya sang istri, yang juga adalah bibi Kim Jong Un, merasa marah dengan keputusan keponakannya itu.
Selama beberapa lama Kim Kyong Hui (68) menghilang dari muka publik dan dikabarkan meninggal dunia akibat stroke yang dideritanya. Perempuan itu mengalami stroke setelah pada Mei 2014 berdebat dengan Kim Jong Un terkait eksekusi suaminya.
Namun, awal bulan ini seorang pembelot Korea Utara mengklaim bahwa Kyong Hui meninggal dunia akibat diracuni, setelah dia mengajukan protes terkait kematian suaminya.
Selain membunuh Kyong Hui, Kim Jong Un kabarnya juga memerintahkan agar semua sisa keluarga Jang Song Taek, sekitar tujuh orang, dieksekusi mati.
3. Dibakar hidup-hidup
Cara ini kabarnya digunakan dalam eksekusi Wakil Menteri Keamanan Publik O Sang Hon, yang diketahui sebagai orang dekat Jang Song Taek.
O Sang Hong dieksekusi karena dikabarkan menjalankan perintah Jang Song Taek dalam mengubah fungsi sebuah departemen pemerintah.
4. Ditembak mortir
Seorang wakil menteri angkatan darat dieksekusi dengan cara ditembak dengan menggunakan mortir karena dikabarkan mabuk dan berpesta pora pada masa berkabung setelah wafatnya Kim Jong Il pada 2011.
Sejumlah sumber di Seoul, Korea Selatan, mengatakan, Kim Jong Un saat itu memerintahkan agar sang wakil menteri dieksekusi hingga tak ada bagian tubuhnya yang tersisa.
Saat eksekusi digelar, Kim Chol, nama menteri itu, diperintahkan berdiri di sebuah titik sasaran tembak mortir. Setelah tembakan dilakukan, tubuh Kin Chol benar-benar lenyap.
Out Of Topic Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon