”Jika spesies ini hendak bertahan hidup tanpa batas, kita harus menjadi spesies multiplanet. Kita harus pergi ke Mars karena Mars merupakan batu loncatan untuk sistem tata surya lain.”
Para ilmuwan, insinyur, dan ahli desain kendaraan menuju Mars di Amerika Serikat memaparkan rencana baru ”Mars 2020”. Segera menjawab obsesi manusia menjejakkan kaki di Planet Mars?
Para ilmuwan di Laboratorium Propulsi Jet Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) di Washington DC punya kesibukan baru. Mereka sedang membangun kendaraan baru untuk mendarat ke permukaan Mars pada 2021. Namanya Mars 2020.
Secara umum, tampilan kendaraan yang mereka bangun itu mirip pendahulunya, Curiosity. Mars 2020 juga akan menggunakan casis dan sistem pendarat ”derek” yang sama, seperti suku cadang yang digunakan pada Curiosity. Bedanya, ada penyesuaian kompartemen perlengkapan, termasuk di antaranya alat pengubah karbon dioksida di atmosfer Mars menjadi oksigen murni yang kian mendekatkan obsesi manusia mengenal lebih dekat planet tersebut.
Keberadaan instrumen pengubah CO2 menjadi oksigen itu sangat vital dalam peta jalan rencana besar manusia mendarat ke ”Planet Merah” sekaligus menjajaki kemungkinan manusia tinggal di sana. Oksigen juga penting dalam rantai produksi bahan bakar roket yang memungkinkannya membawa pulang sejumlah materi penelitian ke bumi, termasuk koleksi batuan permukaan Mars untuk diteliti lebih mendalam.
”Hari ini kami membuat langkah penting lain dalam perjalanan menuju Mars,” kata administrator NASA, Charles Bolden, saat mengumumkan program kendaraan ilmiah Mars 2020 di Washington DC, Kamis (31/7). Curiosity sudah menjelajahi permukaan Mars sejak Agustus 2012 dan melakukan sejumlah eksperimen.
Kendaraan khusus sebelumnya, Opportunity, yang mendarat ke permukaan Mars pada 2004, membukukan rekor penjelajahan sejauh 40 kilometer. Itu rekor baru. Belum ada catatan jarak yang sudah ditempuh Curiosity.
Kembali ke program Mars 2020. Perlengkapan canggih yang akan diangkut untuk mendukung eksperimen lain adalah peralatan pengukur suhu, arah dan kecepatan angin, tekanan, kelembaban, serta ukuran debu Mars (Mars Environmental Dynamics Analyzer/MEDA). Alat lainnya adalah radar pemindai struktur batuan di bawah permukaan Mars dalam skala sentimeter.
Dengan berbagai kecanggihan teknologi yang diangkut dan siap diaktifkan secara robotik itu, para insinyur yakin semua itu dapat mengungkap sejumlah misteri Mars. ”Misi ini akan melanjutkan pencarian kami tentang kehidupan di alam semesta, sekaligus menawarkan peluang baru dalam teknologi eksplorasi,” kata John Grunsfeld, astronot dan administrator Direktorat Misi Ilmu Pengetahuan NASA.
Keberadaan kamera canggih beresolusi tinggi dengan kemampuan merekam-membuat film tiga dimensi dan menganalisis komposisi kimia permukaan Mars, masing-masing Mastcam-Z dan SuperCam, menjadi semacam ”wakil” manusia di sana.
”Seperti Anda sendiri yang sedang berada di Mars,” kata Bill Gerstenmaier, Associate Administrator Human Explorations and Operations NASA.
Kendaraan dan misi Mars 2020 juga akan menambah pemahaman manusia tentang bagaimana penjelajahan manusia di masa depan, apakah memungkinkan menggunakan sumber daya yang ada di Mars sehingga mengurangi beban yang diangkut wahana menuju Mars. Lebih jauh, misi tersebut juga akan membantu manusia mengenali bahaya paparan debu Mars.
Proposal ilmuwan
Secara keseluruhan, ada tujuh instrumen yang akan diangkut Mars 2020 menuju Mars. Ketujuh instrumen tersebut hasil saringan 58 proposal yang dikirimkan para peneliti dan insinyur dari seluruh dunia.
Mereka adalah para ahli yang memiliki ketertarikan pada upaya pengungkapan berbagai misteri di Mars yang pada saat bersamaan memungkinkan teknologi yang mereka usulkan itu dapat ”ditempelkan” pada kendaraan Mars 2020.
Seluruh instrumen itu memiliki berat sekitar 45 kilogram, sedangkan bobot Mars 2020 sekitar 1 ton. Adapun berat beban yang diangkut Curiosity sekitar 75 kg.
Secara teknis, ”laboratorium bergerak” itu digerakkan generator radioisotop yang memungkinkan kendaraan tersebut beroperasi setidaknya satu tahun penuh Martian. Itu setara dengan 687 hari di Bumi.
Untuk membangun dan mengembangkan ketujuh teknologi yang terpilih tersebut dibutuhkan anggaran sekitar 130 juta dollar AS atau sekitar Rp 1,3 triliun (kurs Rp 10.000).
Lalu, apakah itu sepadan dengan apa yang akan dihasilkan? ”Penjelajahan Mars akan menjadi warisan generasi saat ini dan kendaraan Mars 2020 akan menjadi tahapan kritis lain perjalanan manusia ke ’Planet Merah’,” kata Charles Bolden yang juga Kepala Program Luar Angkasa AS.
Desain ”baru tapi lama” yang sedang dikembangkan ini sebenarnya sekaligus menuju tahap utama, yakni menjawab tantangan Presiden Amerika Serikat Barack Obama, mengirim manusia ke Mars pada 2030. Selain AS, langkah menuju Mars juga dilakukan Badan Antariksa Eropa (ESA). Mereka merencanakan misi pendaratan yang disebut InSight, sementara pada 2018 dengan misi ExoMars.
Pertanyaan berikutnya, kenapa para ilmuwan dan lembaga penelitian luar angkasa di dunia sangat terobsesi dengan Mars? Apa yang dikatakan Bolden pada April 2014 barangkali memberikan jawaban, ”Jika spesies ini hendak bertahan hidup tanpa batas, kita harus menjadi spesies multiplanet. Kita harus pergi ke Mars karena Mars merupakan batu loncatan untuk sistem tata surya lain.”
Dan, salah satu faktor penting adalah memastikan keberadaan oksigen.
*Semoga Bermanfaat
Out Of Topic Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon