Minyak Ikan Membuat Manusia Tangguh Menghadapi Tantangan Hidup


Riset selama tujuh tahun terhadap sejumlah anak-anak muda yang memiliki risiko mengembangkan gangguan kejiwaan berhasil membuktikan, ternyata kebanyakan dari mereka memiliki kondisi kesehatan jiwa yang baik setelah mengonsumsi minyak ikan. 


Riset yang dipresentasikan hari ini di Konferensi Gangguan Kejiwaan Dini Internasional di Jepang menyoroti teori yang menyatakan konsentrat minyak ikan, yang mengandung asam lemak omega-3, dapat membantu mencegah pembentukan gangguan kejiwaan.
Namun, masih diperlukan bukti lebih lanjut untuk mengonfirmasi hasil ini, seperti dikatakan tim peneliti internasional, termasuk Profesor Patrick McGorry dan Paul Amminger dari Pusat Penelitian Kesehatan Remaja Orygen di Universitas Melbourne.
"Jika memang benar bahwa asam lemak omega-3 dapat mencegah timbulnya gangguan seperti skizofrenia dan psikosis, dan hasilnya konsisten dengan keyakinan ini, kesimpulan ini bisa menjadi alternatif pengganti yang  berharga bagi obat anti-psikotik pada tahap pengobatan dini," kata McGorry.
"Namun, asam lemak omega-3 tampaknya hanya bekerja pada tahap dini saja, sebelum tahap lanjutan dari gejala gangguan kejiwaan berkembang," katanya.
"Sekali gejala itu terbentuk, obat anti-psikotik merupakan komponen penting disertai terapi perilaku kognitif dan terapi berorientasi penyembuhan lainnya."
Riset sebelumnya mendapati orang-orang yang menderita skizofernia, bentuk lain dari gangguan kejiwaan, memiliki kadar asam lemak omega-3 yang rendah dalam sel mereka.
Asam lemak omega-3 merupakan lemak tak jenuh ganda yang terkandung dalam berbagai macam makanan, termasuk ikan "berminyak", seperti makarel, salmon, tuna, dan sarden.
Dalam uji coba, para peneliti menilai dampak dari program 12 minggu mengonsumsi tablet minyak ikan pada 81 anak muda berusia antara 13 dan 25 yang dinilai memiliki risiko tinggi mengembangkan gangguan psikotik.
Setengah dari remaja yang mengonsumsi kapsul yang mengandung konsentrat minyak ikan laut  (1,2 gram per hari), sementara separuh lainnya mengambil plasebo. Kedua kelompok ini secara periodik diteliti kesehatan mentalnya selama 40 minggu berikutnya.
Pada akhir periode 12 bulan, 2 dari 41 orang yang mengambil minyak ikan mengembangkan gejala psikosis, sementara 11 pada kelompok plasebo mengembangkan gangguan psikotik.
Riset lanjutan yang dilakukan baru-baru ini menunjukkan bahwa tujuh tahun setelah percobaan aslinya, empat dari mereka yang mengonsumsi kapsul minyak ikan telah mengembangkan gangguan psikotik, dibandingkan dari kelompok plasebo yang jumlahnya mencapai 16 orang.
Mereka yang mengonsumsi minyak ikan memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menghadapi tantangan dalam hidup mereka, sementara yang mengonsumsi plasebo cenderung meningkat ke tahap psikotik lebih cepat.
Diperlukan lebih banyak uji coba
Para ilmuwan belum yakin bagaimana cara kerja asam lemak omega-3, tetapi satu teori menyatakan bahwa asam lemak omega-3 mungkin dapat meningkatkan zat kimia yang disebutglutathione di lobus temporal di otak. Glutathione adalah antioksidan utama yang ada dalam sel tumbuhan dan hewan. Inilah yang membantu mencegah kerusakan yang disebabkan oleh molekul radikal bebas yang merusak.
Sifat anti-inflamasi asam lemak omega-3 mungkin juga penting. Mereka juga dikenal dapat berinteraksi dengan dopamin dan serotonin di otak, yang keduanya terkait dengan suasana hati.
"Mungkin efek neuro-protektif yang lebih umum," kata McGorry. "Kami juga sedang mempelajari asam lemak omega-3 dalam kaitannya dengan depresi."
Asam lemak omega-3 juga telah terbukti memiliki efek samping yang sangat kecil selain dari mual dan diare, dan memiliki penerimaan publik yang baik karena biayanya rendah. Demikian kata para peneliti.
Namun, meski riset ini sangat menjanjikan, para peneliti tidak dapat memastikan hasilnya  sampai dilakukan dua kali percobaan ulangan ini dianalisis. Mereka berharap hasil dari uji coba itu sudah dapat diketahui hasilnya April mendatang.
Previous
Next Post »
Thanks for your comment